Di awal tahun 2010-an, mungkin kita berdebat tentang siapa yang lebih bagus untuk foto, Canon atau Nikon? Tapi di era 2020-an, sepertinya kita akan bertanya, mana yang lebih bagus, Panasonic atau Sony?
Mengapa kedua perusahaan ini tiba-tiba bisa popular dikalangan fotografer dan videografer? Hal tersebut karena perusahaan tersebut adalah raksasa elektronik, dan di jaman kamera digital yang serba elektronik ini, kedua perusahan memiliki know-how untuk membuat kamera dan lensa yang berkualitas tinggi.
Tapi sampai saat ini belum ada kamera digital yang sempurna. Untuk fotografi, banyak profesional masih mengunakan kamera digital SLR karena sudah terbiasa dan untuk ganti sistem harganya mahal. Sedangkan untuk mirrorless, memang makin naik dan populer terutama bagi profesional muda.
Di kubu Sony, seri A7III dan A9 sukses karena ukurannya yang relatif ringan dan autofokus yang cepat, untuk tracking karena memiliki hybrid autofocus system. Sensor gambarnya juga ada pilihan APS-C maupun Full frame. Tidak banyak kelemahan di sisi fotografi-nya, terutama yang generasi ke-III, satu-satunya adalah kamera Sony agak rumit menu dan tombol-tombolnya sehingga learning curve-nya agak curam (perlu waktu dan upaya yang cukup untuk mempelajari dan menguasainya).
Untuk fotografi, Panasonic memiliki dua sistem dengan mount lensa yang berbeda, yaitu seri G seperti G9 yang memiliki sensor four thirds, dengan keuntungan lensa-lensanya sangat compact, tapi kualitas gambar di ISO tinggi agak kurang dibanding yang full frame.
Tahun lalu (2018), Panasonic mengumumkan sistem baru yang akan dikembangkan bersama-sama G, yaitu Sistem S yang memiliki sensor full frame beresolusi tinggi, dan autofokus yang mengunakan bantuan AI (artificial intelligence) yang dapat mengenali pola, bentuk, wajah, mata, dan berbagai jenis hewan.
Sistem Lumix S ini lebih profesional dibandingkan Sony A9, karena Panasonic tidak takut untuk membesarkan badan kamera supaya bisa mengakomodir jendela bidik yang lebih bagus, baterai besar, dual card slot (salah satunya XQD), dan tombol-tombol serta tuas yang lengkap.
Dibandingkan dengan Sony, kelemahan Panasonic di autofocus tracking-nya untuk subjek bergerak yang masih terasa agak lambat dibandingkan kamera Sony generasi ke-3. Tapi sisanya sudah tidak bisa dikeluhkan.
Untuk videografi, Lumix sedikit diatas angin karena berani memberikan fitur-fitur kelas atas yang biasanya hanya tersedia di kamera dengan harga 100 juta lebih, contohnya Panasonic GH5 yang mampu merekam video 4K, 10 bit 4:2:2 internal recording sehingga memudahkan pengeditan profesional. Selain itu, sebagian besar kamera Lumix G punya 5 axis stabilization yang sudah teruji, layar yang bisa diputar ke segala arah, dan beberapa model (GH5, GH5s, G95) bisa merekam tanpa batas waktu dan tidak gampang panas (overheat).
Sony sendiri mulai serius membuat kamera untuk vlog dalam setahun terakhir, bisa kita lihat sejak munculnya Sony RX100 VA/VI, Sony A6400 dan RX0 II yang layarnya bisa di flip ke depan. Autofokusnya juga lebih mumpumi dibandingkan kamera Lumix saat ini, tapi kebanyakan kamera Sony saat ini masih punya masalah misalnya kamera suka kepanasan (overheat), atau baterai yang cepat habis.
Keunggulan Panasonic Lumix : Ada pilihan ringkas (sistem G) dan full frame (S), menu dan desain kamera yang lebih bagus (lebih mudah dan praktis untuk digunakan). Built-in stabilization 5 axis Lumix juga terasa lebih efektif. Yang utama bagi profesional juga sudah ada di Lumix, yaitu kualitas video 4K yang bagus, layar bisa flip ke segala arah, tidak mudah overheat, dan beberapa type tidak memiliki batas waktu perekaman video.
Keunggulan Sony Alpha : Sistem autofokus yang cepat, pilihan lensa yang sudah banyak untuk sistem full framenya, kualitas di kondisi gelap lebih baik dan ukuran kamera cukup ringkas untuk sensor APS-C (seri A6xxx)/ Full frame (A7/A9).
Kesimpulan
Kedepannya kedua perusahaan raksasa ini tentunya akan berlomba-lomba untuk memperbaiki dan meningkatkan diri, dan pada akhirnya akan mencapai titik dimana kedua merk kamera sama-sama bagus. Saat itulah branding (merk) dan community engagement merupakan dua hal yang paling penting bagi kedua brand untuk bisa keluar sebagai juara.