Tanggal 9 Juni 2017 yang lalu saya diundang seorang teman ke acara peluncuran Sony A9. Pengumuman ini cukup mendadak dan saya didaftarkan beberapa hari sebelumnya. Di acara ini saya dan tamu-tamu undangan yang komposisinya fotografer, videografer dan juga dealer Sony.
Dalam acara ini juga disediakan beberapa kamera Sony A9 lengkap dengan lensanya untuk diuji tamu yang hadir. Saya sempat mencoba kamera Sony A9 dengan lensa Sony FE 100-400mm f/4.5-5.6 GM yang baru. Lensa ini cukup besar diameternya dengan berat 1.395 kg dan filter 77mm.
Keunggulan Sony A9 tentunya adalah kecepatan foto yang mencapai 20 foto per detik dengan electronic shutter (bukan mekanik) sehingga tidak ada suara sama sekali. “Tinggal tambah 4 frame lagi sudah jadi video” celetuk Upie Guava, seorang videografer yang hadir juga di acara ini. Kecepatan sistem autofokusnya sangat baik, dapat mendeteksi penari yang bergerak cepat sampai ke ujung frame.

Keunikan sensor A9 adalah bagian 2 adalah integrated memory dan no.3 adalah high speed circuit processing yang membantu kecepatan memproses dan memperpanjang nafas kamera saat memotret berturut-turut.
Saya mencoba memotret kira-kira 400 foto, dan saya perhatikan baterainya hanya drop 3 persen saja. Sepertinya dengan mengunakan electronic shutter dan memotret berturut-turut dapat menghemat baterai. Tapi jika memotret satu per satu sepertinya baterai akan lebih cepat habis, mungkin sekitar 600-1000 foto. Meski demikian, kapasitas baterai yang baru ini kira-kira 2x lebih baik daripada sebelumnya. Akibatnya ketahanan baterai sangat baik meskipun untuk ngechargenya jadi lebih lama.
Saya tidak menemukan gejala overheating atau kamera menjadi panas, tapi hal ini mungkin karena kita memotret di kondisi di dalam ruangan di malam hari.
Memotret dengan electronic shutter tidak menimbulkan suara, tapi kadang fotografer menyukai feedback bahwa foto telah diambil. Maka itu di Sony A9 ada pilihan audio signal on, sehingga setiap memotret kamera akan berbunyi. Selain itu, ada efek kelap kelip framing di layar monitor kamera untuk memberi tanda.
Sony A9 memiliki rangka magnesium alloy berbalut plastik dan karet, saat dipegang, mirip dengan seri Sony A7. Hanya sedikit lebih tebal. Saat dipasang di lensa baru Sony FE 100-300mm GM, kurang begitu imbang. Saya menyarankan pengguna A9 untuk mengunakan battery grip supaya lebih stabil dan enak digenggam. Sony mengklaim bahwa mountingnya sudah kuat untuk memasang lensa-lensa yang berat dengan menambahkan baut menjadi 6 buah. Saat lensa 100-300mm dipasang di Sony A9, memang tidak ada masalah soal daya tahan mount-nya, tapi sepertinya yang saya coba desainnya agak kurang presisi sehingga lensanya bisa bergeser-geser sedikit saat diputar. Mungkin ini cuma kebetulan saja.
Karena kelebihannya dalam kecepatan tinggi, maka Sony A9 diposisikan untuk bersaing dengan Canon 1DX II dan Nikon D5. Untuk beberapa jenis acara, Sony A9 sebenarnya lebih unggul karena bisa 100% tidak bersuara sehingga tidak mengganggu acara olahraga, musik atau satwa liar.
Untuk buffernya, kalau foto berturut-turut dengan RAW, saat review / playbacknya tidak begitu mulus karena saya harus menunggu sekitar 2 detik untuk melihat per foto sambil menunggu kamera menulis gambar foto ke memory card. Jika memotret dengan JPG, kecepatan menulis foto ke memory card lebih cepat dan saat playback lebih mulus.
Bagi videografer, sayangnya Sony A9 tidak begitu cocok, karena tidak memiliki pilihan picture profile dan S-Log Gamma. Kemungkinan dilakukan untuk membedakannya dengan kamera Sony A7S II.
Menurut saya Sony A9 merupakan kamera yang inovatif karena dapat mendobrak 20 foto per detik dengan electronic shutter. Memang, ada kamera yang bisa lebih cepat lagi, seperti Olympus OMD EM-1 II atau Nikon 1, tapi keduanya memiliki sensor gambar yang lebih kecil. Memotret 20 fps tanpa black-out dan tanpa suara rasanya mirip dengan merekam video, jadi terkesan agak aneh bagi saya pada awalnya, tapi sebagai alat yang efisien, A9 sangat baik, untuk hobi fotografi lainnya seperti landscape, portrait, A9 menurut saya terlalu overkill (berlebihan).
Beberapa contoh testing singkat saya dengan mengunakan kamera Sony A9 dan lensa Sony FE 100-400mm f/4.5-5.6 GM antara lain adalah sbb:

ISO 5000, f/4.5, 1/400 detik

ISO 1000, f/5, 1/400 detik, 146mm

ISO 4000, f/5.0, 1/400 detik. 146mm.
Di Indonesia, pre-order Sony A9 sudah dimulai:
1. Sony A9 body only : Rp 62.999.000
2. Sony A9 + SD UHSII 64GB + Grip Vertical (VG-C3EM) + Baterai NP-FZ100 : Rp 64.999.000
Pre order berlangsung 15 Juni sampai 14 Juli 2017. Dan kemungkinan besar akan tersedia di bulan Agustus. Syarat pre-order: DP min 10% dan fotocopy KTP. Jika tertarik boleh menghubungi Iesan di 0858 1318 3069 atau infofotografi@gmail.com