Perjalanan kali ini membawa teman-teman Infofotografi untuk berkunjung ke Jepang tepatnya kota Kyoto dan Osaka pada musim gugur.
Sebelum berangkat, saya dipusingkan lagi dengan pilihan kamera yang akan dibawa. Belum lagi ditambah dengan ancaman Enche bahwa ini adalah terakhir kalinya mengunjungi Kyoto dan Osaka di musim gugur karena masih ada banyak tempat-tempat lain yang bagus untuk dikunjungi. Jadinya saya makin tambah stress. Kalau nanti pilihannya salah, takutnya nanti akan menyesal tidak maksimal fotonya.
Saya dihadapkan pada pilihan sebagai berikut:
– Nikon D5500 dengan lensa 18-55mm, 55-250mm
– Sony A6000 (body only)
– Panasonic Lumix GX85 dengan lensa 12-32mm, 14-140mm, fix 15mm, fix 42.5mm
– Fuji X-T1 dengan lensa 35mm
– Lensa Canon 40mm, 50mm, 100mm (lensa doang)
Karena dalam perjalanan ini saya merupakan panitia, maka saya pun tidak memilih DSLR karena lumayan berat. Lagipula saya sekarang sudah terbiasa dengan menggunakan Live Viewnya, maka dari itu, pilihan saya hanyalah mirrorless.
Sebenarnya, setiap kamera itu ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk kondisi musim gugur dengan dominan warna coklat, merah, kuning dan orange, saya sadar bahwa dengan pilihan di atas, saya harusnya membawa Fuji ataupun Panasonic.
Akan tetapi, saya belum terbiasa menggunakan Fujifilm X-T1 dan lensa yang tersedia hanya lensa fix 35mm. Sedangkan untuk GX85, meskipun saya sudah pernah membawa kamera ini ke Photokina dan Eropa kemarin, saya rada stress dengan rentang dynamic rangenya yang kecil berhubung ukuran sensor MFT-nya yang lebih kecil dari APS-C. Salah saya juga karena suka mengambil foto dengan melawan cahaya, sehingga kontrasnya terlampau tinggi dan sering muncul flare. Dan untuk ISO yang terlalu tinggi, kualitasnya sudah agak menurun.
Pilihan saya lebih condong ke A6000 dikarenakan saya sudah beberapa kali hunting dengan kamera ini dan lumayan puas dengan hasilnya. Satu hal yang mengkhawatirkan saya adalah warna hangat (merah, orange, kuning) di Sony yang cenderung suka meleset/aneh/tidak natural warnanya. Selain itu, untuk mendapatkan combo favorit, saya harus merogoh kocek lagi untuk lensa SEL 16-70 F/4 OSS.
Meskipun suka sekali, kalau harus merogoh kocek untuk mendapatkan lensa tersebut, saya agak berat hati. Hahaha… Alasan lainnya, sebagai personil Infofotografi, saya tentunya tidak boleh terpaku pada satu sistem saja. Kalau dibeliin 16-70mm, otomatis saya malas mencoba sistem lain lagi. Pilihanku terpaksa jatuh pada GX85 (akibat pelit merogoh kocek) sambil berdoa dan berharap ada yang berbaik hati mau meminjamkan lensa Sony.
Tiga hari sebelum keberangkatan, ternyata saya mendapat kabar baik dengan adanya pinjaman lensa 16-70. Yuhu… mungkin memang jodohku dengan Sony.
Berangkatlah saya dengan combo Sony A6000 dan lensa SEL 16-70mm. Lalu, apakah hasil foto sesuai dengan keinginan?
Di hari pertama hunting, karena terlalu sering melihat hasil foto yang diambil Enche dengan kamera Leica-nya yang warnanya sangat natural, saya jadi frustasi dengan hasil kamera saya sendiri. Akhirnya malah jadi malas foto.
Untungnya saya cepat tersadar, bahwa setiap hal pasti ada kelebihan dan kekurangannya, jika kita selalu berpaku pada kekurangan, maka hal-hal negatif-lah yang akan kita dapatkan. Sebaliknya jika kita dapat melihat kelebihan dan mempergunakannya dengan baik, maka kita akan dapat menutup kekurangan tersebut.
Di hari berikutnya, saya lebih bersemangat foto dan mencoba bereksperimen dengan picture effect Illustration dan Watercolor dari kamera Sony.
Asalkan tidak melirik ke rumput tetangga dan mengerti kekurangan kelebihan kamera sendiri, saya cukup puas dengan hasil foto yang diambil dengan kamera ini. Memang perlu diakui, untuk memunculkan warna merahnya agar sesuai dengan apa yang saya lihat aslinya, saya perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengeditnya di Lightroom.


Jadi bagi saya tidak masalah harus mengedit kemudian, asalkan komposisi serta visi dan foto yang saya inginkan terambil dulu RAW nya, selebihnya kalau ada waktu baru diutak-atik.
Setiap saya melihat ada objek yang bagus namun tidak begitu bagus ketika diambil fotonya, maka saya akan langsung mengambil sekali lagi dengan picture effect Illustration ataupun Watercolor. Hasilnya lumayan memuaskan.






Untungnya, dengan adanya hiburan picture effect, saya menjadi lebih bersemangat foto. Dengan perasaan senang dan dan positif menikmati proses perjalanan, foto yang diambil juga lebih baik.
Tak ketinggalan juga foto narsis dengan model pribadiku.
Foto di ISO 2500 juga bukan masalah bagi saya.
Memang benar kata pepatah “The Best Camera Is The One You Have With You”.